RSS

PELUIT PAK POLISI

20 Sep


Dalam perjalanan ke kantor pagi ini, tidak banyak saya perhatikan sepenjang jalan. Namun saya sempat memerhatikan beberapa orang polisi di beberapa ruas jalan. Seperti biasanya di pagi hari, bapak atau ibu polisi mengawasi dan mengatur lalu lintas. Meski Bontang kota kecil, tetapi lalu lintas di pagi hari cukup ramai baik oleh orang-orang yang berangkat bekerja maupun anak-anak yang berangkat ke sekolah. Sudah menjadi kelaziman polisi pengatur lalu lintas selalu melengkapi diri dengan aksesoris berupa sebuah peluit. Saya tidak sempat melihat peluit yang dibunyikan pagi ini, tapi saya sempat mendengar sekali bunyi sempritannya.

Berpikir tentang peluit polisi, saya pun mereka-reka dalam pikiran  andaikan peluit itu tidak harus diletakkan di bibir dan ditiup. Ada beberapa ide berkecamuk di pikiran saya, salah satunya adalah penggunaan teknologi untuk mempermudah pekerjaan manusia. Sepanjang perjalanan saya merenung; betapa kolotnya polisi ini dari dulu hingga sekarang masih menggunakan peluit tiup. Memang saya belum pernah melihat peluit yang tidak menggunakan tiupan dari mulut, tetapi mengamati perkembangan teknologi saat ini, sangat meungkin menggunakan peluit tanpa harus menghembus di lubang peluit atau selalu memarkir sebuah peluit di bibir yang tidak terjamin kebersihannya. Karena penasaran dengan peluit, saya mencoba mencari beberapa ulasan terkait dengan peluit ini. Ternyata ide saya bukan yang baru karena di kompasiana saya menemukan tulisan Kusmayanto Kadiman tentang ide penggunaan peluit elektronik. Di sana penulis menawarkan sebuah konsep peluit agar tepat sasaran dikombinasikan dengan pancaran sinar untuk mengantisipasi tidak terdengarnya suara peluit akibat kebisingan atau dari dalam kendaraan yang kedap suara. Tentu ini menjadi tantangan besar karena sangat sulit mengubah tradisi yang sudah mengakar.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 20 September 2012 inci Sekitar Kita

 

Tinggalkan komentar